Aroma khas dari kunyit dan sereh memberi kesan pertama yang menggoda. Irisan daging dan lidah sapi yang diselimuti kuah kental kekuningan seakan merayu untuk segera disantap. Potongan ketupat yang tersembunyi di balik siraman kuah sate dan semerbak wangi bawang goreng semakin membangkitkan selera. Inilah kira-kira yang terjadi saat seporsi sate Padang terhidang di depan hidung kita.
Sebenarnya, yang disebut sebagai sate Padang mencakup hidangan sate khas dari tiga daerah, yaitu Padang, Padang Panjang, dan Padang Pariaman. Kekhasan sate dari ketiga daerah ini adalah penggunaan daging dan lidah sapi sebagai bahan dasarnya. Di samping daging dan lidah, jeroan seperti usus, paru, dan jantung sapi juga umum digunakan. Ciri khas lain adalah kuah bumbunya yang terdiri dari racikan bawang putih, bawang merah, cabai merah, jahe, kunyit, sereh, dan bumbu-bumbu lainnya yang dimasak bersama kaldu sapi, kemudian dikentalkan dengan tepung beras.
Sebenarnya, terdapat sedikit perbedaan antara sate dari Padang Pariaman dan Padang Panjang. Sate Padang Pariaman memiliki warna kuah yang cenderung merah karena dominannya unsur cabai di dalam bumbunya. Sate Padang Panjang memiliki warna lebih kekuningan dari kunyit yang dominan dalam racikan bumbunya. Sedangkan, sate Padang Kota merupakan peralihan antara kedua daerah tersebut, warna kuahnya cenderung lebih kecokelatan.
Sate Padang cukup dapat merepresentasikan karakteristik umum hidangan tradisional Minangkabau. Aroma rempah yang kuat pada kuah sate Padang mencerminkan kelihaian orang Minang dalam mengolah bumbu. Meskipun pedas, cita rasa khas dari sate Padang pun terbukti mampu menembus batas geografis, sehingga disukai pula oleh masyarakat di daerah lain. Tak salah jika kemudian sate Padang dan kuliner khas Minangkabau lainnya dianggap sebagai salah satu penghuni kasta tertinggi dalam khasanah gastronomi Nusantara. [Ardee/IndonesiaKaya]
Komentar
Posting Komentar